Rabu, 03 Juni 2009

susila dan upacara

HATI YANG BERSIH

RABU, 2009 JUNI 03

1.1. PENGERTIAN SUSILA

Susila berasal dari kata “su” dan “sila”. Su adalah awalan yang berarti amat baik, atau sangat baik, mulia, dan indah. Sedangkan kata sila berarti tingkah laku atau kelakuan.

Jadi Susila berarti tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu manusia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorong ia berbuat baik dan bertindak. Berbuat yang baik (Susila) yang selaras dengan ajaran agama atau dharma adalah cermin dari manusia yang Susila. Manusia Susila adalah manusia yang memiliki budhi pekerti tinggi yang bisa diterima oleh lingkungan di mana orang itu berada.

Demi tegaknya kebenaran dan keadilan di dunia ini manusia yang ber-Susila atau bertingkah laku yang baik sangat diharapkan. Manusia yang susila adalah penyelamat dunia (Tri Buana) dengan segala isinya. Apapun yang dilakukan oleh orang Susila tentu akan tercapai. Sebab, Sang Hyang Widhi Wasa akan selalu menyertainya. Orang-orang di sekitarnya selalu hormat dan menghargainya. Kalau saja di dunia ini tidak ada orang yang Susila maka sudah tentu dunia ini akan hancur dilanda oleh ke-Dursilaan atau kejahatan. Sebab, Susila merupakan alat untuk menjaga Dharma.

Pengertian Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang.

Pada hakekatnya hanya dari adanya pikiran yang benar akan menimbulkan perkataan yang benar sehingga mewujudkan perbuatan yang benar pula. Dengan ungkapan lain adalah satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan.

1.2. CONTOH-CONTOH PERBUATAN SUSILA

Di dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa contoh perbuatan Susila antara lain:

  1. Memberi sedekah
  2. Memberi pelajaran dan nasihat-nasihat kepada orang-orang miskin
  3. Memberikan pertolongan kepada orang lain
  4. Melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisudha

1. Memberi Sedekah

Memberi sedekah adalah kewajiban bagi umat Hindu. Sedekah juga disebut dana. Dalam ajaran agama Hindu umatnya diharuskan untuk kepentingan orang yang menderita, dan hidup dalam serba kekurangan. Bersedekah dalam agama Hindu juga disebut yadnya.

2. Memberi Pelajaran dan Nasihat Kepada Orang Miskin

Lebih baik memberi daripada meminta. Demikian kata-kata yang sering kita dengar. Sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan beriman, apabila suatu ketika ada orang miskin datang ke rumah kita atau ke tempat kita bekerja hendaknya kita tidak segan-segan memberikan nasihat-nasihat yang berguna bagi dirinya, sehingga orang tersebut menjadi sadar bahwa mengemis atau meminta-minta adalah perbuatan yang tidak baik.

Janganlah hanya pandai memberi nasihat saja, tetapi hendaknya dilaksanakan dengan sungguh dan keteguhan iman. Hendaknya tidak ragu-ragu untuk memberikan nasihat kepada orang-orang miskin dan nasihat-nasihat tersebut hendaknya diikuti dengan contoh-contoh sehinnga dapat ditiru oleh orang lain terutama dalam hal bersedekah atau berdana punya. Sebab, apabila manusia meninggal dunia semua harta kekayaannya tidak akan dibawa mati, yang menyertai manusia setelah meninggal adalah perbuatan baik (Susila) dan perbuatan buruk (Asusila).

3. Memberikan Pertolongan Kepada Orang Lain

Memberikan pertolongan kepada orang lain adalah salah satu contoh ajaran Susila. Menolong orang lain yang sedang dalam keadaan susah atau menderita akan menyebabkan jiwa seseorang apabila meninggal akan mendapat alam sorga.

4. Melakukan Tri Kaya Parisudha

Sebagai manusia yang Susila harus dapat melaksanakan Tri Kaya Parisudha, yaitu tiga perbuatan yang harus disucikan. Tri Kaya Parisudha terdiri dari:

v Manacika Parisudha yaitu berfikir yang baik

v Wacika Parisudha yaitu berkata yang baik

v Kayika Parisudha yaitu berkata yang baik dan benar

Orang yang dapat melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisudha akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia ini maupun di alam akhirat. Orang yang melakukan ajaran Tri Kaya Parisudha akan dikenal oleh lingkungan tempat orang itu berada.

(di ringkas oleh yudiarta)

Sumber : widyasari 3, 23-24 mei 2009

UPACARA

Sebelum kita masuk lebih dalam tentang upacara baiknya kita harus mengetahui alat-alat upacara itu apa saja:

ALAT-ALAT UPACARA

Penjor

Pengawin-awin
Pengawin untuk upacara keagamaan tangkainya menurut ukuran asta kosala, bila dipergunakan harus diberi sasap, serta diprayascita. Pengawin jenis senjata Nawasanga, payung pagut, lelontek, umbul- umbul dengan lukisan naga, kober dengan lukisan Hanoman, garuda dan Gana dan lukisan- lukisan yang mengandung simbul keagamaan serta segala jenis umbul- umbul yang memakai uncal hanya boleh dipergunakan untuk keperluan upacara keagamaan.

Canang Sari:
Canang Sari yang lengkap hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan upacara keagamaan (yang dengan porosan, tebu dan lain- lainnya).

Urassari:
Urassari yakni hiasan bunga- bunga saja yang terdapat pada bagian atas dari canang sari dapat dipergunakan untuk keperluan lain, dengan sebutan puspawarsa. Puspa sama dengan bunga dan warsa sama dengan hujan, Puspa warsa berarti hujan bunga.

Gebogan/ Pajegan:
Bila dipergunakan untuk lain- lain maksud di luar upacara keagamaan hendaknya tidak memakai sampian lebih- lebih porosan.

Lamak dan sebagainya:
Lamak untuk upacara keagamaan, adalah lamak yang memakai simbul- simbul keagamaan yang lengkap misalnya, simbul gunungan, kekayonan, cili- cilian, bulan, bintang, matahari dan sebagainya, dan pemasangannya dilengkapi dengan gantungan- gantungan dan pelawa.

Untuk keperluan lain tidak dipergunakan simbul- simbul yang lengkap, serta pemasangannya tidak disertai gantungan- gantungan dan pelawa.

Istilah:
Untuk menghindari kesalahan pengertian, segala bentuk elemen hiasan yang menyerupai alat perlengkapan keagamaan yang sebenarnya, diberi nama dengan istilah- istilah lain, misalnya:

  • Yang menyerupai penjor disebut pepenjoran.
  • Yang menyerupai lamak disebut lelamakan.

Upacara Kematian Khususnya bagi Orang yang Meninggal di laut

Tata cara menurut Upacara Agama Hindu dan Tata Cara Nasional.

1. Tata Cara Menurut Agama Hindu!

1. Perawatan Jenazah :

1. Terlebih dahulu jenazah harus dimandikan dengan air tawar yang bersih dan sedapat
mungkin dicampur dengan wangi- wangian.

2. Setelah itu diberi secarik kain putih untuk menutupi bagian muka wajah dan bagian alat kelaminnya.

3. Kemudian barulah diberi pesalin dengan kain atau baju yang baru (bersih), rambutnya dirapikan (perempuan : rambutnya digulung sesuai dengan arah jarum jam), posisi tangan dengan sikap "menyembah" ke bawah. Setelah itu dibungkus dengan kain putih.

4. Pada saat membungkus jenazah tersebut supaya diperhatikan hal- hal sebagai berikut :
Bila jenazah itu laki- laki maka lipatan kainnya: yang kanan menutupi yang kiri, dan bila perempuan maka lipatan kainnya: yang kiri menutupi yang kanan. Setelah terbungkus rapi ikatlah bagian ujung (kepala dan kaki) serta bagian tengah jenazah yang bersangkutan dengan benang atau sobekan kain pembungkus tadi. Setelah selesai perawatan di atas, barulah jenazah tersebut disemayamkan di tempat yang
telah ditetapkan.

2. Tata Cara Pelaksanaan Upacara.
Tata cara upacara yang mungkin dapat dilaksanakan adalah upacara darurat yang dalam hal ini harus dipimpin oleh seseorang yang beragama Hindu yang ada dalam kapal/ tempat tersebut yaitu :

1. Paling tidak ada sebuah "punjung" atau hidangan yang materinya terdiri dari: sepiring nasi dilengkapi, dengan. lauk pauk seadanya, air minum, air wijikan, rokok dan lain- lain sebagaimana santapan biasa.

2. Pimpinan upacara menyuguhkan mendiang untuk menikmati punjung/ hidangan tersebut disertai dengan ucapan bahasa sehari- hari:
Catatan: Punjung/ hidangan disuguhkan di sebelah kanan jenazah yakni di antara leher dan pusarnya.

3. Selanjutnya pimpinan upacara mohon persaksian (sembahyang) yang kalau situasi memungkinkan agar memakai sarana dupa (api) ke hadapan Bhatara Surya (Sang Hyang Widhi/ Tuhan) dan ke hadapan Bhatara Baruna. Akhirnya jenazah tersebut supaya dititipkan ke hadapan ibu Pertiwi. Bila nanti oleh keluarga yang bersangkutan berniat untuk mengabenkannya, cukup ngendag dari setra (kuburan) dan pengulapan di marga
tiga
(simpang tiga).

4. Kemudian tibalah saatnya menurunkan jenazah ke tengah laut yang disertai dengan pesan seperlunya. Posisi jenazah pada saat diturunkan ke tengah laut kepalanya supaya mengarah pada matahari terbit. Pada saat ini diikuti dengan penghormatan terakhir oleh segenap hadirin, kalau mungkin disertai dengan taburan bunga.

(di ringkas oleh yudiarta)

Sumber : widyasari 3,22 mei 2009.